A. TAHAPAN ISOLASI ENZIM
Enzim adalah satu atau beberapa gugus
polipeptida yang berfungsi sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi
dalam sel maupun luar sel. Contoh subunit enzim adalah protein. Protein merupakan
senyawa organic kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari
monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan
peptida.
Isolasi
Enzim
·
Proses memisahkan enzim dari sumbernya
·
Melibatkan beberapa teknik
sekaligus
·
Enzim yang ditemukan di
pasaran berasal dari berbagai macam
·
organisme, dengan berbagai
tingkat kemurnian, contoh:
·
α-Amilase
·
Glukoamilase
·
Protease
·
Berdasarkan fungsi
hayatinya, ada dua jenis enzim :
·
Enzim intraselluler
·
Enzim ekstraselluler (lebih
mudah diisolasi)
Berdasarkan fungsi hayatinya, ada dua jenis
enzim :
1. Enzim intraselluler
2. Enzim ekstraselluler (lebih mudah diisolasi)
Enzim
ekstraseluler :
·
Tidak memerluka proses
pemecahan dinding sel
Contoh
: papain, tripsin
·
Dipisahkan berdasarkan
sifat fisik dan kimiawinya.
Cara
pemisahan dari sel : dengan penyaringan
·
Enzim yang masih melekat
pada dinding sel atau sisa polimer substrat dipisahkan dengna menggunakan
senyawa yang dapat melepaskan interaksi ini, misalnya : Triton X100, sodium
lauril sulfat, tween 80
Enzim
Intraseluler dan enzim yang melekat pada membran:
·
Harus melalui pemecahan sel
·
Stabilitas struktur sel
harus tetap dijaga dengan cara :
Pemilihan jenis buffer dan lingkungan media ekstraksi yang
sesuai, menjaga suhu ekstraksi, mencegah kontaminasi logam dsb.
·
Sering terkontaminasi oleh
protein intraseluler.
ISOLASI
ENZIM INTRASELULER
·
Merupakan proses pelepasan
enzim dari sel
·
Isolasi enzim dari tumbuhan
memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, karena:
·
Dinding selnya keras
·
Cenderung menimbun zat-zat racun
dalam vakuole (missal fenol), sehingga ketika dinding pecah, racun dan enzim
akan bercampur dan berinteraksi.
Cara mengatasi :
1. Ditambahkan zat pereduksi, seperti β- merkaptoetanol, askorbat,
atau tioglikolat
2. Menggunakan tanaman muda
Isolasi dalam proses
produksi enzim meliputi 4 tahapan utama, yaitu :
1. Pemecahan Sel
2. Klarifikasi
3. Presipitasi
4. Pengeringan dan Proses
Lanjutan
1. Pemecahan Sel
Beberapa
Metode Pemecahan Sel Cara Fisik
1. Dengan alat homogenizer, seperti waring
blender, atau
hammer mill.
Biasa digunakan untuk memecah dinding sel jaringan hewan
dan tumbuhan. Namun Cara ini kurang baik untuk sel mikroba karena dinding
selnya lebih keras. Untuk membantu proses pemecahan digunakan : bubuk alumina,
pasir atau silica dan Untuk preparat kecil digunakan mortar dan penumbuk, Untuk
skala besar digunakan homogenizer atau penggiling bertekanan ditambah bubuk
metal sebagai pemecah dengan cara Sel dibasahi dengan buffer untuk mempermudah
pemecahan dan dapat ditambah dengan proses agitasi. Letak enzim di dalam sel
mempengaruhi waktu pemecahan.
2. Pembekuan dan Pencairan
Jika pasta sel didinginkan pada -20 oC, maka ia akan mengalami
perusakan dinding sel akibat anomali
air (volume membesar ketika air membeku).
Sekitar 50% protein periplasma akan dilepaskan ke dalam medium, tapi hanya ±
10% protein terlarut total. Bila enzim dapat dilepaskan dengan cara ini,
umumnya enzim tersebut memiliki derajat kemurnian yang tinggi. Senyawa
kriopektan (laktosa, dekstran, rafinosa, gliserol) yang digunakan pada proses
pembekuan akan menghambat pemecahan sel. Sel yang sudah tua lebih mudah dipecah
daripada sel muda. Bakteri gram negatif lebih mudah dipecah daripada gram Positif.
3. Kejutan Osmosis
Bakteri Gram negatif lebih rentan terhadap perubahan
tekanan osmosa yang besar dibandingkan bakteri Gram positif. Bila bakteri
diletakkan dalam media dengan tekanan osmosa tinggi (mis. larutan sukrosa20%)
sampai dicapai keadaan setimbang, kemudian dipindahkan ke dalam air, maka akan timbul
aliran air dari media ke dalam sel, sehingga akan menyebabkan pecahnya dinding
sel.
4. Sonifikasi
Caranya
yaituSel dalam media cair diberi getaran di atas frekuensi batas pendengaran
manusia (> 20kHz, ultrasonik). Getaran ini menimbulkan perapatan dan
perenggangan yang menimbulkan perubahan periodik tekanan dalam cairan medium
dan plasma sel.
5. Agitasi dengan Abrasi
Pasta ditempatkan pada wadah yang mengandung butir-butir gelas
dan digetarkan dengan cepat. Timbulnya gaya gesek akibat gradien kecepatan oleh
tumbukan antar butiran dan antara butiran dengan mikroorganisme menyebabkan
pecahnya sel.
Ekstraksi
Secara Kimia
Perbedaannya
yaitu lebih halus dari cara fisik dan Agitasi diterapkan hanya sekali-kali.
1. Detergent
Detergent-detergent
anionik, kationik, dan nonionik cukupefektif untuk merusak membran sel. Contoh
detergent yang sering digunakan untuk isolasi enzim : setiltrimetil amonium
bromida (kationik), natrium laurel sulfat (anionik), tweens, spans dan triton
(non-ionik)
Pada kondisi pH dan kekuatan ion yang sesuai, detergent
akanberinteraksi dengan lipoprotein untuk membentuk misel. Akibatnya
lipoprotein yang merupakan konstituen membrane dapat larut dan enzim dapat
dikeluarkan. Pemilihan dan penggunaan detergent ini harus cukup selektif, karena
beberapa enzim dapat menjadi tak aktif akibat denaturasi protein dan
pengendapan oleh detergen. Umumnya detergent harusa segera dipisahkan sebelum
enzim hasil isolasi digunakan.
2. Enzim Litik
Pemecahan dinding sel dengan cara ini merupakan cara yang
paling efektif. Enzim litik yang umum digunakan adalah lisozim yang diperoleh
dari putih telur. Enzim ini memecah ikatan -1,4 glikosida dari polisakarida (asam
muramat) penyusun dinding sel. Dinding sel bakteri gram positif lebih banyak
mengandung polisakarida dibandingkan dengan bakteri gram negatif, sehingga
penggunaan enzim litik lebih efektif untuk memecah dinding sel bakteri gram
positif. EDTA perlu ditambahkan pada media sebelum enzim ini digunakan untuk
memecah dinding sel bakteri gram negatif, untuk mengikat ion-ion divalen yang
dapat menginaktifkan enzim ini. Enzim lisozim sudah digunakan secara komersial
pada ekstraksi enzim glukosa isomerase dari Streptomyces sp.
2. Klarifikasi
Proses pemisahan partikel non enzim yang tercampur dengan
enzim dengan cara pengendapan. Partikel non enzim berasal dari penambajan
buffer, air atau cairan fisiologis pada proses pemecahan dinding sel, atau molekul-molekul
kompleks yang berikatan dengan enzim. Dapat dilakukan dengan penambahan senyawa
yang dapat menggumpalkan seperti : amonium fosfat, asam askorbat, garam-garam
kalsium, serat selulose, sistein, tanah diatom, gelatin, asam fosfat, garam
Na-pospat, na-sulfat dan Na-sitrat, atau senyawa penggumpal dalam pemurnian
air(polielektrolit seperti poliamin). Menggumpalkan struktur koloid cairan. Dapat
ditambahkan bahan pengawet pada tingkat yang aman untuk dikonsumsi, misal :
fenol, amonium kuartener dan florida. Dan Enzim hasil klarifikasi dapat dijual
sebagai cairan enzim
komersial.
Konsentrasi senyawa penggumpal harus tepat, agar enzim tidak ikut menggumpal Garam
amonium sulfat pada konsentrasi tinggi menyebabkan salting out protein termasuk
enzim.
3. Presipitasi
Pengendapan dilakukan berdasarkan pada perbedaan
kelarutan. Dalam larutan garam yang pekat, biasanya amonium sulfat, protein-protein
memiliki perbedaan kelarutan. Konsentrasi
amonium sulfat, protein-protein dapat dipisahkan. Teknik ini sering digunakan
pada tahap awal pemurnian protein. Secara umum Protein kecil lebih larut dari pada
protein besar. Dan Semakin banyak jumlah muatan pada rantai samping, kelarutan
protein semakin besar. Kelarutan protein A sama sekali tidak tergantung pada protein
B – kelarutan hanya tergantung pada sifat masing-masing individu protein.
2 jenis metode untuk menggumpalkan enzim :
a. Pelarut organic
·
Menurunkan konstanta
dielektrik
·
medium kurang sesuai dengan
permukaan enzim yang polar
·
adanya redsidu asam amino
hidrofobik yang terikat secara longgar
·
pada molekul enzim
menyebabkan pelipatan molekul baru dan menjadi tidak aktif
·
Proses inaktivasi enzim
mungkin terjadi
·
memperbesar kemungkinan
denaturasi terutama pada suhu tinggi
·
fraksinasi dilakukan pada
suhu rendah.
·
Mudah terbakar dan harganya
mahal.
b. Garam
Pengendapan
Dengan Garam
Ion garam mempengaruhi kelarutan protein. Pada
konsentrasi rendah ion-ion garam melingkungi molekul protein dan
mencegah bersatunya molekul protein sehingga protein melarut disebut SALTING
IN
Pada konsentrasi tinggi, terjadi peningkatan muatan
listrik di sekitar protein yang akan menarik mantel air dari koloid protein. Interaksi
hidrofobik dianatra sesama molekul protein pada suasana ionik akan menurunkan
kelarutan protein disebut SALTING OUT.
Salting out dengan garam merupakan proses pemisahan yang
murah.
Enzim-enzim dan beberapa protein
mempunyai kemampuan untuk membentuk garam dengan penambahan logam. Terbentuknya
garam akan menurunkan kelarutan protein ion garam yang ditambahkan mempengaruhi
kelarutan protein.
Pengendapan dengan Pelarut Organik
Pelarut organik akan mengurangi tetapan dielektrik air,
dengan demikian dapat mengurangi kelarutan protein karena interaksi antar
molekul protein lebih disukai dibandingkan antara molekul protein dengan air.
Atau dengan kata lain: “Protein diendapkan karena desakan pelarut organik
terhadap air yang berinteraksi
dengan
protein”. Protein dapat diendapkan dengan pelarut organik tanpa merusak
struktur
protein bila diendapkan pada suhu di bawah 4 oC. Pelarut organik yang biasa
digunakan a.l. : isopropanol, metanol, etanol dan aseton. Penggunaan
pelarut-pelarut ini dalam skala industri jarang digunakan karena selain mudah
terbakar juga harganya mahal
1. Etanol : terdapat keseimbangan antara efek melarutkan dan
sifat hidrofilik yang cukup untuk mengurangi denaturasi.
2. Isopropanol : digunakan untuk presipitasi enzim ekstraseluler
seperti amiloglukooksidase, mempunyai sifat mudah terbakar dan cenderung
hidrofobik.
3. Aseton : harus ditambahkan secara perlahan melalui sisi samping
wadah
4.
Enzim yang diperoleh dari
pelarut organik bersifat lebih murni, meski
4. Pengeringan dan Proses Lanjutan
Bentuk-bentuk
enzim komersial :
·
Bentuk cair
·
Bentuk padat :
tepung/serbuk, tablet
·
Bentuk imobil
Enzim
cair : diperoleh dengan pemekatan dengan :
·
evaporasi vakum
·
Pemanas/oven
Proses penguapan harus pada suhu yang tidak merusak struktur
dan fungsi hayati enzim. Enzim termofil tahan pada suhu 60oC Untuk menghindari
kerusakan pada suhu tinggi ditambah senyawa penstabil. Pengeringan vakum
umumnya untuk skala lab, karena untuk skala industri terlalu mahal. Pengeringan
skala industri : spray dryer
Kelemahan spray dryer :
·
Mahal
·
Dapat merusak aktivitas
enzim
·
Kontaminan yang ada pada
cairan enzim sebelumnya akan terikat dan tidak dapat dipisahkan
Kelebihan
spray dryer : enzim mudah larut dalam air
Gambar. Contoh ekstraksi
enzim Mikrobial dan Fermentasi Cair
Pengeringan
Enzim dengan Ekstrusi
Proses
ini dibantu dengan peralatan khusus untuk membuat bentuk yang lebih seragam.
Untuk dapat melewati alat ekstrusi enmzim dicampur dengan bahan pengisi dan
pengental sehingga terbentuk pasta enzim
Contoh
bahan pengental : CMC
Syarat bahan pengental : tidak reaktif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar